Batik mempunyai nilai ekonomi tinggi. Untuk itu, penggunaan batik harus terus didorong.
“Jika seluruh masyarakat Indonesia mencintai produk sendiri dan senang memakai produk sendiri, masa depan produk dalam negeri pasti akan cerah inilah konsep BELA BELI” Demikian dikatakan Kadis P3AKB Jabar Dewi Sartika pada pelatihan peka di desa majasari sliyeg Indramayu yg di ikuti 50 peserta.
penggunaan batik harus dikampanyekan dan dipromosikan, baik di dalam maupun luar negeri.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, jumlah tenaga kerja yang diserap industri batik mencapai 916.783 orang pada tahun 2016. Jumlah konsumen batik tercatat 72,86 juta orang. Nilai produksi batik mencapai Rp 3,9 triliun. Dengan demikain Produk batik pun telah memiliki daya saing. Ini ditunjukkan dengan nilai Revealed Comparative Advantage (keunggulan komparatif) sebesar 1,4. Nilai di atas 1 (satu) menandakan tingginya daya saing. Menurut catatan Kementerian Perindustrian, pada 2010 usaha batik didominasi usaha mikro dan kecil sebanyak 55.573 atau sekitar 99,39 persen dari total usaha batik.
Dengan nilai budaya dan potensi ekonomi yang demikian tinggi, batik menjadi bagian Gerakan 100 persen Cinta Indonesia. Upaya pelestarian dan pengembangan batik merupakan tanggung jawab bersama seluruh masyarakat
Peserta pelatihan antusias mengikuti pelatihan ini.(Andry miss)
Skill life perlu terus dikembangkan untuk membantu para perempuan dimanapun mereka berada.semoga kehadiran dinas DP3AKB banyak memberikan manfaat.?